Entah terlalu sederhana saya mencatat bisik ini
Kalau aku harus berterus terang
Ini hanya untukmu
Bukan karena aku cinta, bukan juga aku tergila
Ini hanya sebuah ungkapan bening
Untuk kamu pahlawan hati
Pahlawan yang meminum keringatnya sendiri
Meski harus menanggung rasa basi
Dunia telah merampas senyum beliamu
Kamu tetap saja berdiri tegak
Dengan kaki lincahmu
Di atas bumi bergetar
Engkau masih saja menadah
Dengan tangan mungilmu
Kepada angkasa yang membentang di hatimu
Engkau masih saja memandang
Rembulan di malam hari
Di tengah kegelapan hatimu
Dan, engkau masih saja tersenyum
Menampakkan wajah polosmu
Yang memukau dunia
Dan, engkau masih saja melangkah jauh
tak hirau ranjau di kiri kananmu
Bermusafir ke kota-kota
Hanya demi senyuman yang masih tergadai
Masa depan
Engkau hampir menebus senyumanmu itu
Kau yang musafir
Menyusuri kota-kota
Rembulan, mentari, dan embun pagi hari
Menunggu kedatanganmu
Mereka jatuh rindu kepada senyum beliamu
Yang dulu pernah menjadi pelelap tidurmu
Dan, salam dari saya
Seorang yang tak pernah kau kenal
Dalam musafir hatimu
0 komentar:
Posting Komentar